Keamanan dan Konflik Jadi Penghambat Kemajuan Perempuan di Timur Tengah
Wakil Presiden Iran Urusan Wanita dan Keluarga, Mashoumeh Ebtekar. (Foto : istimewa)
Jakarta, Kabar28.com, – Gerakan global untuk hak-hak dan kemajuan perempuan saat ini tengah menguat, terutama di beberapa negara di Timur Tengah, namun proses tersebut terhalang oleh kendala keamanan yang masih menjadi isu serius di kawasan itu.
Hal itu disampaikan Wakil Presiden Iran bidang Perempuan dan Keluarga, Masoumeh Ebtekar kepada Okezone dalam wawancara khusus di Jakarta.
Wapres Masoumeh yang baru saja menghadiri konsultasi tingkat tinggi (KTT) ulama Wassatiyah Islam mengatakan, meningkatnya hak-hak perempuan di negara Timur Tengah saat ini, meski sebagian mungkin merupakan sebuah kebijakan jangka pendek, merupakan sesuatu yang positif. Tetapi, dia juga menekankan mengenai situasi kawasan Timur Tengah saat ini yang dilanda berbagai masalah keamanan yang menghambat kemajuan bagi kaum perempuan dan anak-anak.
“Saya pikir di kawasan kami, hambatan utama kemajuan wanita adalah masalah keamanan. Perang, ekstremisme, terorisme, pendudukan. Hambatan besar. Anak-anak dan wanita hidup dalam kondisi tidak aman, mereka hidup dalam perang, mereka mengalami agresi,” kata Wapres Masoumeh.
Wilayah Timur Tengah memang kawasan yang penuh dengan konflik. Dalam satu dekade terakhir perang dan ancaman terorisme terus terjadi di kawasan ini. Kondisi keamanan di Suriah, Irak, Yaman masih tidak stabil dengan perang dan serangan bom masih terus terjadi, sementara Palestina saat ini masih berada dalam pendudukan Israel.
Bahkan negara yang relatif damai seperti Arab Saudi dan Lebanon pun dalam keadaan tegang dengan kemungkinan pecahnya perang dengan negara tetangga mereka, Yaman dan Israel. Situasi seperti ini, menurut Wapres Masoumeh, menghambat kemajuan, tidak hanya bagi perempuan, tetapi juga anak-anak dan kawasan Timur Tengah secara umum.
“Kita melihat agresi di Irak dan Libya, di Palestina saat ini tengah berlangsung pendudukan. Rakyat Palestina selama beberapa generasi yang tinggal di kamp. pengungsi. Ini saya pikir hambatan utama untuk kemajuan perempuan di wilayah kita,” lanjutnya.
Dia juga mengungkapkan bahwa Iran juga pernah mengalami masa-masa konflik dengan berlangsungnya Perang Irak-Iran pada 1980-1988.
“Iran saat ini memiliki kedamaian dan keamanan, ini karena kekuatan bangsa kami. Kami (Iran) telah mengalami perang yang diumumkan oleh Saddam (Hussein) selama delapan tahun terhadap negara kami, dan kami bertahan dari semua masa-masa sulit dan sekarang kami memiliki era perdamaian dan stabilitas.”
“Kami memahami bagaimana perang dan ketidakamanan mencegah kemajuan dan peningkatan status perempuan dan anak-anak,” jelas ibu dua anak itu.
Wapres Iran itu menuding intervensi asing sebagai salah satu faktor yang menyebabkan ketidakamanan dan konflik di Timur Tengah. Situasi ini, menurutnya berdampak sangat buruk pada kemajuan perempuan dan anak-anak di Timur Tengah.
“Ini adalah masalah penting, terutama karena dalam sebagian besar kasus ini kita dapat melacak intervensi asing, dorongan asing. Kita dapat melacak kembali kebijakan kolonialis dan imperialis di kawasan kami yang sangat buruk bagi masyarakat kami dan bagi perempuan dan anak-anak kami,” pungkasnya.
Sumber : okezone.com