Jumlah Warga Miskin RI Setara Total Penduduk Australia


Dua orang anak bermain di pinggir kali di Tanah Abang, Jakarta, Senin (4/9). Tingkat kemiskinan di Indonesia. (Foto : istimewa)
Jakarta, liputan6.com, Indonesia masih dihadapkan pada tiga masalah fundamental yaitu kemiskinan, ketimpangan sosial dan pengangguran. Bahkan saat ini jumlah penduduk miskin di Indonesia sama dengan total penduduk Australia.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, saat ini tingkat kemiskinan Indonesi masih sebesar 10,64 persen. Meski secara persentase angka tersebut merupakan yang terendah yang pernah dicapai, namun jumlah penduduk miskin tersebut masih setara dengan 27,77 juta jiwa.
"Dan angka ini sama dengan seluruh penduduk Australia. Jadi kita masih menghadapi masalah dari jumlah penduduk miskin yang relatif besar," ujar dia di Kantor Pertamina Pusat, Jakarta, Jumat (29/9/2017).
Kemudian dalam hal ketimpangan sosial juga masih kurang baik. Data terakhir, pada 2017 ini gini rasio Indonesia masih sekitar 0,393, atau turun sedikit dibandingkan 2016 yang sebesar 0,397.
"Gini rasio kita masih di kisaran 0,4. Kalau dilihat dari ekonomi pembangunan, itu warning akan besarnya indeks ketimpangan antar kelompok pendapatan di suatu negara," kata dia.
Sementara itu, untuk pengangguran meski terus turun dengan angka pada 2015 sebesar 5,81 persen, di 2016 sebesar 5,5 persen dan pada 2017 menjadi 5,33 persen, namun hal ini bukan jaminan jika masyarakat sudah bisa mendapatkan pendapatan yang layak.
"Pengangguran juga lumayan dengan 5,3 persen, dan itu pengangguran terbuka. Definisinya sangat luas karena orang bekerja 1 jam sehari di sektor informal sudah dianggap bekerja. Dan tentu bukan itu tenaga kerja berkualitas yang kita harapkan, apalagi oleh sektor industri," jelas dia.
Meski demikian, lanjut Bambang, permasalahan ini bukan tidak bisa diatasi. Menurut dia, ketiga hal tersebut bisa diatasi jika sektor industri manufaktur di dalam negeri bisa berkembang dengan baik.
"Jadi ekonomi harus tumbuh. Ekonomi kita bisa tumbuh tinggi saat bertumpu pada industri manufaktur, bukan pada sumber daya alam. Industri kita adalah industri pengolahan yang berbasis sumber daya alam. Jadi bagaimana menciptakan nilai tambah dari sumber daya alam yang ada di Indonesia, seperti sawit, karet, sampai hasil tambang. Dan supaya bisa tumbuh, kita harus fokus pada investasi," tandas dia.
Sumber : liputan6.com